Skip to main content

My Friends, My Dreams. Novel dan TV Series. (Review, bagian dua)

Sampe suatu ketika, gue kebetulan lagi nonton Kiamat Sudah Dekat (KSD). Pas lagi iklan, ganti chanel, ternyata Serial TV itu muncul di TV7. Sejak itu, gue gak pernah absen nonton (ganti-gantian sama KSD).
Gue sampe bela-belain pulang cepet buat bisa nongkrongin TV, apalagi sekarang jam tayangnya dimajuin jadi jam 20. Untung aja tayangnya hari Jumat.
Pas mo wiken banget tuh!

Gak nyangka, Serial TV-nya (plis deh, ini bukan “sinetron”. Oke?) malah lebih bagus dari yang waktu gue bayangin visual isi novelnya. Aktingnya alami banget. Tiap kejadian selalu bisa membuat gue ikut senyum, hanyut dalam emosi yang wajar, dan yang paling gue suka : ada nilai positifnya, dan itu sangat dominan.

Two Thumbs Up!!!!

Yang paling gue suka (lagi) adalah bagian di mana Mading Sekolah dikembangkan menjadi TV Sekolah! Semoga aja ini bisa jadi inspirasi buat para remaja yang senang beraktivitas dan ingin memajukan sekolahnya. Gue liat tiap episode, iklannya semakin bertambah dan bahkan jam tayangnya dimajuin jadi makin prime time, berarti respon penontonnya sangat positif. Sudah selayaknya. Mudah-mudahan ini diikuti dengan Serial TV lainnya yang sama positifnya.

Oot lagi, sekarang banyak novel yang diangkat jadi ke TV atau dibikin film. Suatu hal yang sangat positif buat kemajuan mutu dunia perbukuan kita. Liat aja, dari hari ke hari jumlah novel makin banyak.
Dan novel, beda banget dengan produk hiburan lainnya (seperti visual), kalau gak bagus (atau gak mutu) gak bakalan laku!

Jadi buat temen-temen blogger, teruslah menulis, karena dengan tulisan (dan buku), kita bisa ikut mencerdaskan bangsa!

Balik lagi ke topik.
Ohya, gue ngebut nulis ini sekarang, karena keliatannya Serial TV My Friends, My Dreams udah mo berakhir. Di episode kemarin, Joy udah baikan sama Marcella (gue suka cara Wening ngedamaiin kedua sahabatnya, kreatif banget!) dan ujian semester udah selesai.

Sayang banget.

Tapi emang sebuah cerita yang bagus gak perlu berpanjang-panjang (tayangnya). Bisa ribet! Ntar jadi kek Tersanjung 1-16 (kalo episode 16nya emang ada). Hehe.

Gue berharap TV7 bakal nayangin ulang Serial TV itu kapan-kapan, dan tetap di jam yang prime time, karena Serial TV itu sangat bermutu banget! Layak ditonton!!

Edukatif, namun tidak kehilangan sisi fun-nya.
Sesuai dengan tema Novel dan Serial TVnya : “Sekolah itu Asyik!”

Makanya, saksiin episode selanjutnya (yang bisa jadi terakhirnya) Jumat di TV7, jam 8 malem.
*Rada bentrokan nih sama KSD, yang kayaknya juga udah mo tamat!*

To be continued again

Comments

Anonymous said…
hari ini donk! :-D
Anca Syah said…
SAAMAA
gw kan gak suka nonton TV, waktu itu lagi iseng buka channel .
Eh pas itu ada nih film
Langsung suka..sayangnya gw jarang balik cepet jadi selalu ketinggalan
*hehehe, secara gw dah gak remaja lagi ya alias dah masuk usia 1/4 abad*
Hannie said…
halah! sama-lah! yang penting kan "rasa"

kayak iklan,
jadi tua, itu pasti.
jadi dewasa, itu pilihan!

huaha... ;p
Unknown said…
ini pengalaman saya pertama kali main sinetron serial...dan jujur aja tim nya asik, saya suka proses kita bareng bikin sinetron for the first time(buat beberapa orang). sayangnya saya gak pernah nonton 1 episode pun sampai selesai..LOL. bagus ya? saya nyari di youtube gak ada
krupuk.layad said…
nama yg meranin joy siapa yak??
gw nyari" di gugel gak pernah nemu...

Popular posts from this blog

My Friends, My Dreams. Novel dan TV Series. (Review, bagian satu)

Udah lama banget gue pengen nge-review Serial TV berjudul My Friends, My Dreams ini. Novelnya juga sih. Tapi gak sempet-sempet. Oke, mungkin tulisan ini bukan jenis review, ya seenggaknya, serupa review. :p Novel My Friends, My Dreams. Karya : Ken Terate adalah novel –para pemenang sayembara TeenLit Writer- yang pertama gue beli. Gue suka banget novel ini, karena SANGAT BERBEDA dengan novel TeenLit lainnya. Thumb up buat kejelian penulisnya. As we all know, novel bergenre remaja, tentu aja, mengetengahkan kehidupan remaja (hehe, infonya gak penting banget!). Banjirnya sinetron remaja yang sangat gak mutu seperti sekarang, membuat kehidupan remaja sekarang kayaknya cuma berkisar pada kejadian konflik dengan teman, rebutan pacar, cinta gelo, sampe remaja pelaku krimimil. Hellloooooow! Zaman gue sekolah dulu, emang sih rame ikut tawuran, atau digencet kakak kelas, tapi kayakna gak semonoton gitu deh. Masa remaja adalah masa yang paling indah, dan kehidupan sekolah itu menyenangkan. Setuj

Fear Factor versi Indonesia (#1- Tantangan yang gak kacangan)

Nonton Fear Factor Versi Indonesia kemarin, ada dua hal yang ingin gua komentari, dan itu akan gua bagi dalam 2 tulisan. Yang pertama, bahwa reality show tentang memerangi rasa takut ini memang sangat menarik -kalo gak bisa dibilang keyen- Di luar kenyataan bahwa sampe sekarang persertanya masih didominasi orang-orang yang katanya-lumayan-beken-dan-tampang-kayak-maksa -musti-cakep itu (biasa deh, stereotip dunia hiburan, orang Indonesia kayak malu ama tampang asli bangsa sendiri), tantangan yang harus dihadapi peserta memang cukup berhasil "mbikin-takut-n-jijik". Sesuai temanya, yaitu faktor yang menakutkan, tantangan tersebut gak semata berupa tantangan fisik yang memerlukan otot kawat-tulang besi. Hal ini yang paling menarik, mengingat gak semua orang sekuat Gatotkaca, tapi belum tentu seorang Superman berani tidur dalam kotak kecil bareng sekumpulan tarantula berbisa. Ohya, ada dua hal yang paling gua suka dalam menghadapi tantangan : yang menguji nyali, dan mengadu kecer