Skip to main content

Perfect

Setelah gue peratiin, akhir2 ini gue sering banget yah cerita soal makhluk2 di kantor gue. Baik yang ujudnya kasar maupun yang alus. Alus karna rajin ke salon buat menipedi, maksudnya...
Sebenerenya sejak awal gue bikin blog, niatnya adalah nyeritain kejadian sehari2 dan sama sekali ga niat nyeritain soal orang lain. Hihihi. Bukan karena narsis, tapi lebih pada fungsinya aja, bukankah blog itu (kata Enda Nasution sih) ada lah sarana aktualisasi diri, jadi bukan ngaktualin orang. Haha, gak jelas banget...

Tapi kalo belakangan gue suka nyeritain tentang orang lain (yang masih ada korelasi sama gue) adalah karena, the truth, gue CINTA BANGET sama kantor baru gue ini. Gimana nggak;
1. lokasinya deket rumah gue di Bintaro, tapi gedungnya tetep 20 lantai kek yang di Sudirman (huahahha, penting ya???);
2. anak2nya cool, teamworker, dan baik banget! Paling nggak sejauh ini gue blom ada komplen tuh. Hahaha... komplen komplen... emang supermarket!?
3. suasana kerjanya relatif enak, walopun kadang stress banget, tapi masih normal-lah. Seenggaknya masih bisa ketawa bareng.

Aduh, kok dari tadi garing abis yah.
Sebenernya (lagi?!) gue mencari cara untuk memberitahu bahwa gue lagi punya problem kecil. U know, buku gue bentar lagi keluar. Hal yang menyenangkan banget karena target gue medio tahun ini adalah gue punya buku dan punya SV. Yang terakhir itu baru bisa gue dapetin kalo yang pertama berhasil. Maksudnya, yang pertama bisa jadi bukti keseriusan gue untuk berkarir di dunia freelance writing. Nyokap dulu ga stuju gue (pengen) punya SV. Alesannya, kan udah ada SAMSON. SAMSON = nama desktop PC gw. Secara gue anak sehat, berbakti, dan takut berubah jadi batu, ya gue nurutlah sama nyokap.
Eh, masa kata nyokap gue lagi, mending duit beli SV-nya ditabung buat kawin. Huhuhu...

Balik ke topik awal, punya buku.
Yah. Itu menyenangkan. *sok cool padahal masih jejingkrakan.*

(punya buku) Dalam waktu dekat?
Hmmm... sebenernya menyenangkan juga sih, secara buku pertama gue aja penerbitannya ketunda sampe keknya nyaris setaun :p

Problemanya adalah,
gue sama sekali gak pernah berpikir bahwa gue akan menerbitkan buku tentang kisah konyol. Repeat: kisah konyol. Atau dalam kehidupan gue; kisah (si) dodol.

Hiks.

Oke. Gue akuin gue punya sugesti untuk bikin orang yang baca cerita gue bisa tertawa (mudah-mudahan, DARIPADA MARAH?). Makanya gue cuek aja cerita soal dodol2nya keseharian gue di blog ini. Toh, sejauh ini belum satu pun orang kantor gue yang tau soal blog ini. Kemarin aja waktu ga sengaja gue nemu account friendster temen kantor gue, buru2 gue ngubah profil pribadi, terutama bagian yang ada link ke blog ini. Huhuhu... Parno negh. Pokoknya gue ingin sebisa mungkin memisahkan kehidupan karir dengan kehidupan pribadi.

Kenapa?

KENAPA?

Kenapa tanya KENAPA?

Karena....
Aduh, jadi malu negh :p


P-E-R-F-E-C-T
Gini. T4 kerja gue tuh walopun asik, tapi (mnurut gue) jauh dari image orang-dodol. Citra diri karyawan di kantor gue, seperti tertampil di background desktop setiap karyawan sana adalah : PERFECT. Perfect, dalam huruf kapital.
The truth, gue bukan orang yang perfect.

Gue juga ga tau kenapaaaaa sih di sana gue hampir ga bisa tampil apa adanya. Bersikap seperti kelakuan gue sehari-hari, seperti yang mungkin bisa elo citrakan dari tulisan2 gue di blog ini. Hari-hari pertama gue berlalu dengan pikiran bahwa gue harus tampil perfect, perfect, dan PERFECT! Hasilnya, pada minggu kedua gue nyaris dilanda stress karna merasa melakukan beberapa kedodolan. Mulai dari lupa nyabut stiker bertuliskan password komputer gue-lah (hingga password itu terpajang di sana selama berminggu-minggu, padahal password kan rahasia personal); salah bikin report-lah (yang mana kalo nurut gue sih, senior yang bertugas ngajarin gue tuh yang ternyata ngajarinnya ada yang nggak bener); hingga ngga bisa rileks becandain bos gue. Cing, gimana juga gue mo becandain dia pas itu? Lha, kalo papasan mata sama bos gue, selalu merasa dia sedang menatap gue penuh ironi... Seperti kata Wina, mungkin dalam pikirannya adalah, "Oh, why me....!!! WHY ME...!?!" karena dia yang bertanggungjawab atas kehadiran gue di sana. Hihihi.

Emang sih, masa-masa kegelapan itu sekarang udah lewat. Gue cukup rileks sekarang. Tapi blom sepenuhnya, karna gue toh masih belum bisa tampil 100% as my self is *huh, bener gak bahasanya*. Be a PERFECT employee, tetap menjadi sugesti. Hiks.

Rasa ingin tampil perfect bukan cuma di menunjukkan hasil kerja, tapi merambah sampe penampilan. Bisa ketawa deh temen2 gue kalo tau cewek tomboy kek gue ternyata tiap hari ke kantor PAKE ROK. Kemeja dimasukin. Sepatu 4 senti. Keramas dan nge-hair dry-er tiap hari, sampe botak. Semua demi PERFECT. Huhuhuhh...

Penting ya???? *merutuki diri sendiri*

Back to my book, again...
Buku gue sebentar lagi terbit. Di dalamnya berisi kisah konyol super dodol yang pernah gue lakukan. Beda banget sama diri gue yang (harus tampil) perfect setiap hari. Jujur, gue merasa belom siap orang2 di sana ngebaca buku gue, termasuk blog gue ini.

Kata orang Simatupang ini (SIang MAlam TUnggu PANGgilan), gue harus balik ke diri gue apa adanya, termasuk di lingkungan perfect itu. Apalagi perfect, itu sebenernya cuma sugesti gue aja ingin make the best (yang mana sering hasilnya malah ancur). Iya sih, keknya gue harus mulai menata hari2 gue supaya bisa tampil apa adanya gue. Lagian, mungkin keluarnya buku itu, bisa mewakili pernyataan tak terucap tentang betapa capeknya jadi karyawan_sok_jaim selama ini.

Comments

Popular posts from this blog

My Friends, My Dreams. Novel dan TV Series. (Review, bagian satu)

Udah lama banget gue pengen nge-review Serial TV berjudul My Friends, My Dreams ini. Novelnya juga sih. Tapi gak sempet-sempet. Oke, mungkin tulisan ini bukan jenis review, ya seenggaknya, serupa review. :p Novel My Friends, My Dreams. Karya : Ken Terate adalah novel –para pemenang sayembara TeenLit Writer- yang pertama gue beli. Gue suka banget novel ini, karena SANGAT BERBEDA dengan novel TeenLit lainnya. Thumb up buat kejelian penulisnya. As we all know, novel bergenre remaja, tentu aja, mengetengahkan kehidupan remaja (hehe, infonya gak penting banget!). Banjirnya sinetron remaja yang sangat gak mutu seperti sekarang, membuat kehidupan remaja sekarang kayaknya cuma berkisar pada kejadian konflik dengan teman, rebutan pacar, cinta gelo, sampe remaja pelaku krimimil. Hellloooooow! Zaman gue sekolah dulu, emang sih rame ikut tawuran, atau digencet kakak kelas, tapi kayakna gak semonoton gitu deh. Masa remaja adalah masa yang paling indah, dan kehidupan sekolah itu menyenangkan. Setuj

My Friends, My Dreams. Novel dan TV Series. (Review, bagian dua)

Sampe suatu ketika, gue kebetulan lagi nonton Kiamat Sudah Dekat (KSD). Pas lagi iklan, ganti chanel, ternyata Serial TV itu muncul di TV7. Sejak itu, gue gak pernah absen nonton (ganti-gantian sama KSD). Gue sampe bela-belain pulang cepet buat bisa nongkrongin TV, apalagi sekarang jam tayangnya dimajuin jadi jam 20. Untung aja tayangnya hari Jumat. Pas mo wiken banget tuh! Gak nyangka, Serial TV-nya (plis deh, ini bukan “sinetron”. Oke?) malah lebih bagus dari yang waktu gue bayangin visual isi novelnya. Aktingnya alami banget. Tiap kejadian selalu bisa membuat gue ikut senyum, hanyut dalam emosi yang wajar, dan yang paling gue suka : ada nilai positifnya, dan itu sangat dominan. Two Thumbs Up!!!! Yang paling gue suka (lagi) adalah bagian di mana Mading Sekolah dikembangkan menjadi TV Sekolah! Semoga aja ini bisa jadi inspirasi buat para remaja yang senang beraktivitas dan ingin memajukan sekolahnya. Gue liat tiap episode, iklannya semakin bertambah dan bahkan jam tayangnya dimajuin

Fear Factor versi Indonesia (#1- Tantangan yang gak kacangan)

Nonton Fear Factor Versi Indonesia kemarin, ada dua hal yang ingin gua komentari, dan itu akan gua bagi dalam 2 tulisan. Yang pertama, bahwa reality show tentang memerangi rasa takut ini memang sangat menarik -kalo gak bisa dibilang keyen- Di luar kenyataan bahwa sampe sekarang persertanya masih didominasi orang-orang yang katanya-lumayan-beken-dan-tampang-kayak-maksa -musti-cakep itu (biasa deh, stereotip dunia hiburan, orang Indonesia kayak malu ama tampang asli bangsa sendiri), tantangan yang harus dihadapi peserta memang cukup berhasil "mbikin-takut-n-jijik". Sesuai temanya, yaitu faktor yang menakutkan, tantangan tersebut gak semata berupa tantangan fisik yang memerlukan otot kawat-tulang besi. Hal ini yang paling menarik, mengingat gak semua orang sekuat Gatotkaca, tapi belum tentu seorang Superman berani tidur dalam kotak kecil bareng sekumpulan tarantula berbisa. Ohya, ada dua hal yang paling gua suka dalam menghadapi tantangan : yang menguji nyali, dan mengadu kecer