Skip to main content

Mama

Saya mungkin bukan anak yang baik, tapi saya sangat memuja Mama, ibu saya. Saya selalu berusaha menuruti perintah beliau (kadang ini sulit, karena saya kan anaknya keras kepala *wink*), dan sejujurnya saya merasa malu karena hingga saat ini saya belum berhasil mewujudkan "something" yang saya harap bisa membuatnya bahagia dan bangga. Saya tahu Mama menyayangi semua anaknya tanpa syarat. Beliau bangga pada kami semua, termasuk saya tentunya, tapi saya tetap merasa seharusnya saya mampu berbuat lebih, agar kebahagiaan itu bisa beliau nikmati setiap waktu. Tidak seperti sekarang. -__-
Tapi Mama mengajari kami untuk mensyukuri apa-apa yang telah kami peroleh, serta terus berdoa dan berikhtiar mewujudkan keinginan kami. ^__^

Mama saya adalah wanita yang hebat, pintar, tegar, penyayang, dan sangat menomorsatukan keluarga. Dua hal yang orang pasti ingat dari Mama adalah keibuan dan masakannya yang selalu laris. Hahaha.
Banyak yang bilang kalau Mama saya adalah tipikal ibu masa sekarang, hanya saja lahir lebih cepat. :)

Mama juga lebih dulu meraih gelar Sarjana (Ilmu Politik) dibandingkan Papa. Sampai sekarang saya iri pada kemampuannya berdiplomasi dengan orang-orang dari segala tingkatan, mulai dari level Menteri Keuangan yang sedang berkunjung sampai tukang sayur yang cuma lewat. Semua orang menyukainya (insya Allah begitu). Harusnya memang Mama berkarir di kantor Thamrin dan bukan di rumah Pasanggrahan. Tapi itu tidak terjadi. Mama lebih memilih untuk menuruti keinginan suaminya (soalnya Papa kan cemburuan, hehehe) dan sekaligus keinginan hatinya sendiri, tinggal di rumah dan membesarkan kelima buah hatinya.

Ya, saya tahu beliau sangat menikmati karirnya sebagai ibu.
Kasihnya pada kami, sungguh sepanjang masa.

Saya (selalu) bersyukur Allah masih memberkahi Mama saya hingga beliau masih sehat dan bugar di usianya yang ke 61, hari ini.

Hug and kiss you, Mom.
Happy birthday!

Comments

Popular posts from this blog

My Friends, My Dreams. Novel dan TV Series. (Review, bagian satu)

Udah lama banget gue pengen nge-review Serial TV berjudul My Friends, My Dreams ini. Novelnya juga sih. Tapi gak sempet-sempet. Oke, mungkin tulisan ini bukan jenis review, ya seenggaknya, serupa review. :p Novel My Friends, My Dreams. Karya : Ken Terate adalah novel –para pemenang sayembara TeenLit Writer- yang pertama gue beli. Gue suka banget novel ini, karena SANGAT BERBEDA dengan novel TeenLit lainnya. Thumb up buat kejelian penulisnya. As we all know, novel bergenre remaja, tentu aja, mengetengahkan kehidupan remaja (hehe, infonya gak penting banget!). Banjirnya sinetron remaja yang sangat gak mutu seperti sekarang, membuat kehidupan remaja sekarang kayaknya cuma berkisar pada kejadian konflik dengan teman, rebutan pacar, cinta gelo, sampe remaja pelaku krimimil. Hellloooooow! Zaman gue sekolah dulu, emang sih rame ikut tawuran, atau digencet kakak kelas, tapi kayakna gak semonoton gitu deh. Masa remaja adalah masa yang paling indah, dan kehidupan sekolah itu menyenangkan. Setuj

My Friends, My Dreams. Novel dan TV Series. (Review, bagian dua)

Sampe suatu ketika, gue kebetulan lagi nonton Kiamat Sudah Dekat (KSD). Pas lagi iklan, ganti chanel, ternyata Serial TV itu muncul di TV7. Sejak itu, gue gak pernah absen nonton (ganti-gantian sama KSD). Gue sampe bela-belain pulang cepet buat bisa nongkrongin TV, apalagi sekarang jam tayangnya dimajuin jadi jam 20. Untung aja tayangnya hari Jumat. Pas mo wiken banget tuh! Gak nyangka, Serial TV-nya (plis deh, ini bukan “sinetron”. Oke?) malah lebih bagus dari yang waktu gue bayangin visual isi novelnya. Aktingnya alami banget. Tiap kejadian selalu bisa membuat gue ikut senyum, hanyut dalam emosi yang wajar, dan yang paling gue suka : ada nilai positifnya, dan itu sangat dominan. Two Thumbs Up!!!! Yang paling gue suka (lagi) adalah bagian di mana Mading Sekolah dikembangkan menjadi TV Sekolah! Semoga aja ini bisa jadi inspirasi buat para remaja yang senang beraktivitas dan ingin memajukan sekolahnya. Gue liat tiap episode, iklannya semakin bertambah dan bahkan jam tayangnya dimajuin

Fear Factor versi Indonesia (#1- Tantangan yang gak kacangan)

Nonton Fear Factor Versi Indonesia kemarin, ada dua hal yang ingin gua komentari, dan itu akan gua bagi dalam 2 tulisan. Yang pertama, bahwa reality show tentang memerangi rasa takut ini memang sangat menarik -kalo gak bisa dibilang keyen- Di luar kenyataan bahwa sampe sekarang persertanya masih didominasi orang-orang yang katanya-lumayan-beken-dan-tampang-kayak-maksa -musti-cakep itu (biasa deh, stereotip dunia hiburan, orang Indonesia kayak malu ama tampang asli bangsa sendiri), tantangan yang harus dihadapi peserta memang cukup berhasil "mbikin-takut-n-jijik". Sesuai temanya, yaitu faktor yang menakutkan, tantangan tersebut gak semata berupa tantangan fisik yang memerlukan otot kawat-tulang besi. Hal ini yang paling menarik, mengingat gak semua orang sekuat Gatotkaca, tapi belum tentu seorang Superman berani tidur dalam kotak kecil bareng sekumpulan tarantula berbisa. Ohya, ada dua hal yang paling gua suka dalam menghadapi tantangan : yang menguji nyali, dan mengadu kecer