Skip to main content

Rindu...

Maafin kesalahan saya hari ini, ya Allah... Sungguh, maafkanlah...
.
Ternyata kesabaran itu telah mencapai puncaknya. Keindahan Ramadhan kali ini sayangnya masih tidak mengubah keadaannya, bahkan terasa semakin jauh dari jangkauan.
Oh, cobaan begitu silih berganti dan tak berkesudahan, bagaimana lagi cara menafikannya ya Rabbi?

Hingga detik ini kuanggap semua ujian ini adalah petunjuk agar aku lebih banyak mengingatMu, mensyukuri tiap-tiap hari yang tak bercela, dan menjadikannya kesempatan untuk memperbanyak istigfar pada saat-saat yang penuh ketegangan, duka, dan air mata. Bukankah rasa sakit dan kesusahan hati adalah teguran dan ujian dariMu?

Tapi ini sudah terlalu lama, ya Rabbi. Hampir separuh jumlah tarikan nafasku.
Dari semua sebab yang bisa terpikirkan, kenapa hal ini harus terjadi pada kami dan berlarut-larut?

Aku lelah, ya Allah. Kurasa kami semua lelah. Beberapa telah pasrah. Tapi sisanya belum ingin menyerah.
Sayangnya, termasuk pada yang terakhir itu kini mulai membuatku marah. Mungkin aku saja yang bodoh karena terlalu peduli, tapi aku tetap bersyukur memiliki rasa itu. Bukankah sangat tipis perbedaan antara benci dan cinta? Jika kedua rasa itu telah sirna, tidakkah aku akan lebih merana?

Ya Rabbi. Sungguh kesabaran ternyata ada batasnya. Hari ini aku menyerah pada amarah. Ampunilah aku...
Aku telah alpa beristighfar, kurasa aku sudah terlampau gusar.
Oh, betapa ternyata hatiku belum terlalu besar.
ataukah...
sudah terlalu penuh, ya Allah... dan kini melesak ingin keluar...

Tolonglah aku, kami, dan juga dia. Buatlah semuanya lebih mudah untuk dijalani, jika memang cobaan ini belum akan berakhir.
Mudah-mudahan juga terus membuat kami lebih sering mengingatMu dan senantiasa berzikir.
Tapi,
jika boleh memohon ya Rabbi, maka kumohon buatlah semua duka ini berakhir.

Comments

Vina said…
Hidup emang ujian, Han. Yang lulus, yang ga lulus semua tetep kembali ke Allah. Tapi sbg mahluk paling mulia, kita tentu pgn jadi hamba-Nya yang, at least, mendekati mulia. Yang pernah aku baca, kesabaran GA ADA BATASNYA, kitalah yang sebenernya menetapkan batas itu.. Wallahu'alam. Then again, we're all just a human being, full of trials & errors.. :D Remember Dear, you're not the only one.. Cheer up..

Popular posts from this blog

My Friends, My Dreams. Novel dan TV Series. (Review, bagian satu)

Udah lama banget gue pengen nge-review Serial TV berjudul My Friends, My Dreams ini. Novelnya juga sih. Tapi gak sempet-sempet. Oke, mungkin tulisan ini bukan jenis review, ya seenggaknya, serupa review. :p Novel My Friends, My Dreams. Karya : Ken Terate adalah novel –para pemenang sayembara TeenLit Writer- yang pertama gue beli. Gue suka banget novel ini, karena SANGAT BERBEDA dengan novel TeenLit lainnya. Thumb up buat kejelian penulisnya. As we all know, novel bergenre remaja, tentu aja, mengetengahkan kehidupan remaja (hehe, infonya gak penting banget!). Banjirnya sinetron remaja yang sangat gak mutu seperti sekarang, membuat kehidupan remaja sekarang kayaknya cuma berkisar pada kejadian konflik dengan teman, rebutan pacar, cinta gelo, sampe remaja pelaku krimimil. Hellloooooow! Zaman gue sekolah dulu, emang sih rame ikut tawuran, atau digencet kakak kelas, tapi kayakna gak semonoton gitu deh. Masa remaja adalah masa yang paling indah, dan kehidupan sekolah itu menyenangkan. Setuj

My Friends, My Dreams. Novel dan TV Series. (Review, bagian dua)

Sampe suatu ketika, gue kebetulan lagi nonton Kiamat Sudah Dekat (KSD). Pas lagi iklan, ganti chanel, ternyata Serial TV itu muncul di TV7. Sejak itu, gue gak pernah absen nonton (ganti-gantian sama KSD). Gue sampe bela-belain pulang cepet buat bisa nongkrongin TV, apalagi sekarang jam tayangnya dimajuin jadi jam 20. Untung aja tayangnya hari Jumat. Pas mo wiken banget tuh! Gak nyangka, Serial TV-nya (plis deh, ini bukan “sinetron”. Oke?) malah lebih bagus dari yang waktu gue bayangin visual isi novelnya. Aktingnya alami banget. Tiap kejadian selalu bisa membuat gue ikut senyum, hanyut dalam emosi yang wajar, dan yang paling gue suka : ada nilai positifnya, dan itu sangat dominan. Two Thumbs Up!!!! Yang paling gue suka (lagi) adalah bagian di mana Mading Sekolah dikembangkan menjadi TV Sekolah! Semoga aja ini bisa jadi inspirasi buat para remaja yang senang beraktivitas dan ingin memajukan sekolahnya. Gue liat tiap episode, iklannya semakin bertambah dan bahkan jam tayangnya dimajuin

Fear Factor versi Indonesia (#1- Tantangan yang gak kacangan)

Nonton Fear Factor Versi Indonesia kemarin, ada dua hal yang ingin gua komentari, dan itu akan gua bagi dalam 2 tulisan. Yang pertama, bahwa reality show tentang memerangi rasa takut ini memang sangat menarik -kalo gak bisa dibilang keyen- Di luar kenyataan bahwa sampe sekarang persertanya masih didominasi orang-orang yang katanya-lumayan-beken-dan-tampang-kayak-maksa -musti-cakep itu (biasa deh, stereotip dunia hiburan, orang Indonesia kayak malu ama tampang asli bangsa sendiri), tantangan yang harus dihadapi peserta memang cukup berhasil "mbikin-takut-n-jijik". Sesuai temanya, yaitu faktor yang menakutkan, tantangan tersebut gak semata berupa tantangan fisik yang memerlukan otot kawat-tulang besi. Hal ini yang paling menarik, mengingat gak semua orang sekuat Gatotkaca, tapi belum tentu seorang Superman berani tidur dalam kotak kecil bareng sekumpulan tarantula berbisa. Ohya, ada dua hal yang paling gua suka dalam menghadapi tantangan : yang menguji nyali, dan mengadu kecer