Skip to main content

Born in Ramadhan

Dua hari sebelum Idul Fitri tahun 1981, di sebuah rumah di Jalan Mugas Barat V kota Semarang, seorang ibu hamil bernama Marlida sedang asyik di dapur. Sang ibu yang memang hobi masak saat itu sedang membuat hidangan untuk buka puasa beberapa jam lagi, ditemani putra putrinya yang masih kecil-kecil dan rusuh (hehehe). Seorang putranya yang kelak punyak nick ajohandsome bertanya "Kapan adik bayi dalam perut Mama keluar?"
Alih-alih menjawab, Mama yang ditanya tiba-tiba mengaduh, merasakan sesuatu bergerak hebat di perutnya yang besar. Sang Mama tersadar. Adik bayi mau keluar!

"Telepon Papa! Aaaarrghhhhh!"
"Mama kenapa?" Ajohandsome kecil bingung.
"Cepetannn!!!" Mama mengelus perutnya, panik. "Papamu, teleponnnn!!!"

The little Ajohansome patuh, menelepon Papa yang masih di kantor, mengabarkan kemungkinan besar kondisi Mama sudah mendekati bukaan kesekian yang membuat beliau perlu dibawa ke RS as soon as possible; dan dia mendapatkan perintah baru dari sang Papa.

"Telepon dokter! Cepat! Telepon dokternya!!" kata Papa, panik.
"Berapa nomer teleponnya, Pa?"
"Eh iya ya. Berapa ya?"
"..." *gubrak*
"Biar Papa aja yang telepon deh. Tunggu di rumah, Papa pulang sekarang."

Singkat cerita, karena Semarang merupakan kota kecil indah, damai, dan bebas macet, maka sang Papa dapat segera bermobil pulang dan dalam beberapa menit kemudian keluarga kecil itu tiba di RS Elizabeth. Azan Maghrib berkumandang, waktu berbuka puasa telah datang, suasana jauh dari lengang, dokter yang dicari baru saja datang, tunggang langgang oleh teriakan panik khas ibu-ibu mau melahirkan orang.
Iyalah, emangnya ngelahirin apa? Kuda? Bajing?

Tarik! Hembus. Tarikkk!!! Hembus. Tarik...! KYAAAAAAAA!!!!!!

Keringat.

Jeritan.

Dorongan.

Tangis.

Desah.

Senyuman.

Air mata.

Suara...

"Oeeee....."
"..."
"Oeee...."
"..."

Sang bayi lahir dengan selamat. Sang ibu terdiam menanti. Pengalaman melahirkan empat kali, tiga di antaranya berturut-turut menghasilkan laki-laki, membuatnya pasrah bila harus mengurus lagi demit kecil calon pembuat huru hara. Pak dokter tersenyum.

"Selamat bu, anaknya perempuan."
"OHH! Alhamdulillah...."

Azan bergema lirih di telinga sang putri, yang kemudian oleh ibunya diberi nama Etna Lesly Ramadhani. Waktu itu Mt. ETNA, satu-satunya dan terbesar gunung berapi di pulau Sisilia, Italia, baru meletus dan mengeluarkan lava pijar yang indah, mengingatkannya pada bayinya yang gerudakan menendang perutnya secara tiba-tiba ingin keluar; Last July (singkatannya: LESLY) dan RAMADHANI, untuk mengingatkan mereka akan masa kelahiran sang bayi, di akhir bulan Juli di bulan Ramadhan.

Keharuan menyeruak. Walau tak akan pilih kasih berdasarkan gender, sang ibu memang sangat mengharapkan kali ini Allah akan mengarunianinya seorang anak perempuan yang sehat, lucu, dan cantik. Anak pertamanya yang perempuan (kakak si bayi) sudah berumur sepuluh tahun, dan butuh teman bermain boneka. Sang ibu tahu, dengan adanya bayi cantik ini, dia kelak bisa
memuaskan kesukaannya mendandani anak perempuannya dengan baju berenda dan berpita indah warna warni;
Menyisiri rambut anaknya yang sudah terlihat bakal keriting itu sembari bertukar pendapat jepitan rambut mana yang cocok dipakai untuk ke sekolah hari ini;
Menurunkan ilmu kanuragannya dalam bidang masak memasak supaya anaknya kelak menjadi gadis Minang yang tak hanya pandai bikin rendang;
Bisa diajak cerita sambil tiduran sampai dewasa;
Jalan-jalan bareng, ke mall dan membeli gaun dengan motif yang sama;
Ganti mengurusnya kelak, dan mudah-mudahan tetap tinggal bersamanya kalau sudah menikah....

Yang beliau saat itu tidak tahu adalah,
bahwa tiga setengah tahun kemudian anak perempuannya sudah bisa ikut membaca koran pagi, dan mulai merecokinya dengan pertanyaan tentang ngapain aja kakak-kakaknya menghilang dengan tas sekolah setiap hari, dan kenapa dia tidak boleh ikut;
Bahwa anaknya terlalu cepat masuk SD, setahun kemudian, padahal sampai mau masuk SMP masih nggak bisa pulang sendiri;
Bahwa anaknya yang cantik ternyata sama berandalnya dengan ketiga abangnya di sekolah, walau semuanya selalu terlihat sebagai anak baik-baik kalau di rumah;
Bahwa gadis kebanggannya paling ogah-ogahan setiap kali disuruh belajar, membuatnya sport jantung setiap harus datang mengambil rapot, untuk kemudian bernapas lega, nggak ada kebakaran di sana. Bahkan asap pun tidak;
Bahwa anaknya waktu kuliah setiap awal bulan selalu interlokal lama-lama cuma buat mengajukan proposal beli ini itu akhirnya bisa mencetak banyak uang pertama saat jadi juara penelitian di kampus;
Bahwa anaknya remaja dan manja hampir tidak pernah memakai rok kecuali saat ke sekolah; berpamitan pertama kali saat mau naik gunung pada usia lima belas tahun, yang membuatnya tidak bisa tidur selama tiga hari;
- hidup mandiri di seberang lautan setelah berulang tahun ke-17 dan mungkin membuatnya makin tidak bisa nyenyak hampir sepanjang tahun karena mendengar cerita seru anaknya yang naik gunung setiap bulan, manjat tebing setiap minggu, hingga rafting di sungai-sungai berarus deras;
- dan toh setiap pulang ke rumah dia masih suka memeluk ibunya dengan cara yang membuat abang-abangnya geleng kepala;
Bahwa putri bungsunya yang manja ternyata mampu bersikap dewasa ketika keluarga mereka punya masalah.

....

Okay! OKAY!
Ilustrasi di atas sedikit subyektif :-), tapi memang begitulah perkembangan hidup saya kira-kira.

Orangtua selalu berharap yang terbaik bagi anaknya, dan sang anak seringkali bersikap kontradiktif selama bertahun-tahun yang penuh cinta, hingga lamaaaa kemudian menyadari ibunya telah jungkir balik mengusahakan selalu yang terbaik baginya;
Hal yang seringkali seorang anak menganggap itu wajar dilakukan orangtua dan karenanya dia lupa berterima kasih.

Padahal bentuk terima kasih apapun, tidak akan pernah cukup...

========================
=================
========================


Besok adalah hari ulang tahun saya di tahun Hijriyah. Usia saya tentu berkurang lebih banyak dari perhitungan kalender Masehi. Terima kasih Allah, telah mengizinkan saya lahir ke dunia melalui rahim Mama, dan melidungi saya dengan kuasaMu hingga sekarang. Terima kasih Mama, telah menjadi ibu dengan stok cinta yang tak pernah habis dibagi untuk kami semua. Terima kasih kakak-kakakku, untuk kehangatan yang tak pernah pudar. Terima kasih juga untuk keluargaku, saudara-saudaraku, teman-temanku yang sejak masa kecil hingga sekarang, kalian membuat hidupku menjadi lebih berwarna.


SELAMAT IDUL FITRI 1427 Hijriyah.
Mohon Maaf Lahir dan Batin.

Comments

Popular posts from this blog

My Friends, My Dreams. Novel dan TV Series. (Review, bagian satu)

Udah lama banget gue pengen nge-review Serial TV berjudul My Friends, My Dreams ini. Novelnya juga sih. Tapi gak sempet-sempet. Oke, mungkin tulisan ini bukan jenis review, ya seenggaknya, serupa review. :p Novel My Friends, My Dreams. Karya : Ken Terate adalah novel –para pemenang sayembara TeenLit Writer- yang pertama gue beli. Gue suka banget novel ini, karena SANGAT BERBEDA dengan novel TeenLit lainnya. Thumb up buat kejelian penulisnya. As we all know, novel bergenre remaja, tentu aja, mengetengahkan kehidupan remaja (hehe, infonya gak penting banget!). Banjirnya sinetron remaja yang sangat gak mutu seperti sekarang, membuat kehidupan remaja sekarang kayaknya cuma berkisar pada kejadian konflik dengan teman, rebutan pacar, cinta gelo, sampe remaja pelaku krimimil. Hellloooooow! Zaman gue sekolah dulu, emang sih rame ikut tawuran, atau digencet kakak kelas, tapi kayakna gak semonoton gitu deh. Masa remaja adalah masa yang paling indah, dan kehidupan sekolah itu menyenangkan. Setuj

My Friends, My Dreams. Novel dan TV Series. (Review, bagian dua)

Sampe suatu ketika, gue kebetulan lagi nonton Kiamat Sudah Dekat (KSD). Pas lagi iklan, ganti chanel, ternyata Serial TV itu muncul di TV7. Sejak itu, gue gak pernah absen nonton (ganti-gantian sama KSD). Gue sampe bela-belain pulang cepet buat bisa nongkrongin TV, apalagi sekarang jam tayangnya dimajuin jadi jam 20. Untung aja tayangnya hari Jumat. Pas mo wiken banget tuh! Gak nyangka, Serial TV-nya (plis deh, ini bukan “sinetron”. Oke?) malah lebih bagus dari yang waktu gue bayangin visual isi novelnya. Aktingnya alami banget. Tiap kejadian selalu bisa membuat gue ikut senyum, hanyut dalam emosi yang wajar, dan yang paling gue suka : ada nilai positifnya, dan itu sangat dominan. Two Thumbs Up!!!! Yang paling gue suka (lagi) adalah bagian di mana Mading Sekolah dikembangkan menjadi TV Sekolah! Semoga aja ini bisa jadi inspirasi buat para remaja yang senang beraktivitas dan ingin memajukan sekolahnya. Gue liat tiap episode, iklannya semakin bertambah dan bahkan jam tayangnya dimajuin

Fear Factor versi Indonesia (#1- Tantangan yang gak kacangan)

Nonton Fear Factor Versi Indonesia kemarin, ada dua hal yang ingin gua komentari, dan itu akan gua bagi dalam 2 tulisan. Yang pertama, bahwa reality show tentang memerangi rasa takut ini memang sangat menarik -kalo gak bisa dibilang keyen- Di luar kenyataan bahwa sampe sekarang persertanya masih didominasi orang-orang yang katanya-lumayan-beken-dan-tampang-kayak-maksa -musti-cakep itu (biasa deh, stereotip dunia hiburan, orang Indonesia kayak malu ama tampang asli bangsa sendiri), tantangan yang harus dihadapi peserta memang cukup berhasil "mbikin-takut-n-jijik". Sesuai temanya, yaitu faktor yang menakutkan, tantangan tersebut gak semata berupa tantangan fisik yang memerlukan otot kawat-tulang besi. Hal ini yang paling menarik, mengingat gak semua orang sekuat Gatotkaca, tapi belum tentu seorang Superman berani tidur dalam kotak kecil bareng sekumpulan tarantula berbisa. Ohya, ada dua hal yang paling gua suka dalam menghadapi tantangan : yang menguji nyali, dan mengadu kecer