Skip to main content

Life Begins at Fatty

Uh, no, hoo...
This ain't about Nana's novel, yang inspirasional itu, okay? Pemilihan judul di atas hanya sebuah kebetulan –cerita- yang menyenangkan. :-)

Waktu Maulid kemarin, my weight is up to 5 kilos from normal.
How very...
That times, I got many invite from several couple, that is .. kondangan! Yeah.
People says, the day Maulid of Prophet Muhammad is included a good day for doing wedding.
Well, sounds interesting!

Uh, I love to going to a wedding reception.
First, to seeing a happy face of bridal couple, it makes me also feel happy. I dunno why, but for me, wedding is must happened just for sekali-seumur-hidup. So, for bridal couple, a.k.a the-one-day king and queen, banyak-banyaklah tersenyum pada hari itu, karena wajah bahagia kalian sangat menular. :)

Then, it glad to look the decoration of dais on which the bridal couple sits, and enjoy the traditional dance (apalagi kalo pake adat Minang! Tarian dan musiknya bagus-bagusss!!).
I always feel happy to be in a crowd place, hehe (it better than desolate, right?). Usually, in a wedding reception we met our friends, cousins, or colleagues. It very cheerful to get together, coz the situation is also cheerful.
Maklumlah, Jakarta sumpek. Hehee..

The last enjoy thing, in a wedding reception we also able toooo.. got a satisfied dinner!!! Aha ha ha!
It’s my favorite thing, ehehehe.
Just for fun, pengen dong nyobain menu yang beda dari hari biasa. :)
*Makan! Makan! Makan!*

Makanya, I got fatty at that week.

Like this -->

Ladies, trust me,

Being fat is NOT a pathetic thing. Keep shining.
Keep it simple, enjoy your day, and always smile.

Present, berat gua udah nyusut lagi kok, hihihi (pantes, feel no problem to be fat, perutnya sintetis seeeh, hihi), abisnya gak ada kondangan lage neeeh! Ayo, siapa mo kawinan? Undang-undang gua donk! Hi hi

Uhm.
Now, the most important question is.
WHEN, I.. ?

Comments

Popular posts from this blog

My Friends, My Dreams. Novel dan TV Series. (Review, bagian satu)

Udah lama banget gue pengen nge-review Serial TV berjudul My Friends, My Dreams ini. Novelnya juga sih. Tapi gak sempet-sempet. Oke, mungkin tulisan ini bukan jenis review, ya seenggaknya, serupa review. :p Novel My Friends, My Dreams. Karya : Ken Terate adalah novel –para pemenang sayembara TeenLit Writer- yang pertama gue beli. Gue suka banget novel ini, karena SANGAT BERBEDA dengan novel TeenLit lainnya. Thumb up buat kejelian penulisnya. As we all know, novel bergenre remaja, tentu aja, mengetengahkan kehidupan remaja (hehe, infonya gak penting banget!). Banjirnya sinetron remaja yang sangat gak mutu seperti sekarang, membuat kehidupan remaja sekarang kayaknya cuma berkisar pada kejadian konflik dengan teman, rebutan pacar, cinta gelo, sampe remaja pelaku krimimil. Hellloooooow! Zaman gue sekolah dulu, emang sih rame ikut tawuran, atau digencet kakak kelas, tapi kayakna gak semonoton gitu deh. Masa remaja adalah masa yang paling indah, dan kehidupan sekolah itu menyenangkan. Setuj

My Friends, My Dreams. Novel dan TV Series. (Review, bagian dua)

Sampe suatu ketika, gue kebetulan lagi nonton Kiamat Sudah Dekat (KSD). Pas lagi iklan, ganti chanel, ternyata Serial TV itu muncul di TV7. Sejak itu, gue gak pernah absen nonton (ganti-gantian sama KSD). Gue sampe bela-belain pulang cepet buat bisa nongkrongin TV, apalagi sekarang jam tayangnya dimajuin jadi jam 20. Untung aja tayangnya hari Jumat. Pas mo wiken banget tuh! Gak nyangka, Serial TV-nya (plis deh, ini bukan “sinetron”. Oke?) malah lebih bagus dari yang waktu gue bayangin visual isi novelnya. Aktingnya alami banget. Tiap kejadian selalu bisa membuat gue ikut senyum, hanyut dalam emosi yang wajar, dan yang paling gue suka : ada nilai positifnya, dan itu sangat dominan. Two Thumbs Up!!!! Yang paling gue suka (lagi) adalah bagian di mana Mading Sekolah dikembangkan menjadi TV Sekolah! Semoga aja ini bisa jadi inspirasi buat para remaja yang senang beraktivitas dan ingin memajukan sekolahnya. Gue liat tiap episode, iklannya semakin bertambah dan bahkan jam tayangnya dimajuin

Fear Factor versi Indonesia (#1- Tantangan yang gak kacangan)

Nonton Fear Factor Versi Indonesia kemarin, ada dua hal yang ingin gua komentari, dan itu akan gua bagi dalam 2 tulisan. Yang pertama, bahwa reality show tentang memerangi rasa takut ini memang sangat menarik -kalo gak bisa dibilang keyen- Di luar kenyataan bahwa sampe sekarang persertanya masih didominasi orang-orang yang katanya-lumayan-beken-dan-tampang-kayak-maksa -musti-cakep itu (biasa deh, stereotip dunia hiburan, orang Indonesia kayak malu ama tampang asli bangsa sendiri), tantangan yang harus dihadapi peserta memang cukup berhasil "mbikin-takut-n-jijik". Sesuai temanya, yaitu faktor yang menakutkan, tantangan tersebut gak semata berupa tantangan fisik yang memerlukan otot kawat-tulang besi. Hal ini yang paling menarik, mengingat gak semua orang sekuat Gatotkaca, tapi belum tentu seorang Superman berani tidur dalam kotak kecil bareng sekumpulan tarantula berbisa. Ohya, ada dua hal yang paling gua suka dalam menghadapi tantangan : yang menguji nyali, dan mengadu kecer