Skip to main content

karakter

Hari ini (nulisnya sih senin kemarin) gue dapet pelajaran berharga lagi tentang kehidupan sosial.
Ternyata,
Manusia emang bermacam-macam karakternya. Gak cuma teori, tadinya gue pikir tiap manusia modern, setidaknya yang lama hidup di lingkungan kaum urban pastilah punya karakter kuat.
Okelah gak semuanya punya skill tinggi dalam menoleransi sesuatu, tapi gue kira paling tidak mereka pasti bisa menjalin komunikasi yang seimbang.
Gue kira, dengan semakin tingginya tingkat edukasi mereka, pastilah tinggi juga daya nalar mereka dalam memahami sesuatu.
Gue pikir tadinya, jika kita berada, atau sama-sama akan memasuki dunia yang sama, akan terjalin hubungan yang saling mengerti satu sama lain.

Well, in fact, yang gue pikirkan mulanya itu ternyata adalah sebuah penilaian ?ideal? tentang karakter.
Kenyataan yang terjadi gak selalu sama.
Manusia emang makhluk yang unik. Kita dilahirkan dengan kesempurnaan memiliki kemampuan berpikir dalam hidup sehari-hari. Namun, ternyata aplikasi dari kemampuan itu sangat berbeda!
Hebat ya.
Tiap manusia, bahkan anak kembar identik sekalipun, pasti memiliki ?jalan hidup? yang berbeda, karena sebab yang sangat bervariasi pula.
Semakin bertambahnya usia kita, akan semakin bertambah pengalaman hidup yang kita dapat dalam kehidupan. Karakter kita pun jadi semakin kuat. Bahkan, saking kuatnya, karakter itu jadi sulit diubah!

Ada beberapa contoh menarik di lingkungan gue
Tiga orang punya masa lalu yang sengsara, gak hepi. Sama-sama jadi a loser sejak kecil, sering gak dianggep, bahkan gak jarang dijadiin bahan ledekan. Dengan kasus berbeda2 namun serupa, singkat kesimpulannya, mereka sama-sama sangat tertekan sejak kecil.
Ternyata,
Ketika beranjak dewasa, seiring dengan tingkat edukasi dan perkembangan pergaulan mereka, akhirnya mereka punya karakter yang sangat berbeda satu sama lain.

Si A menjadi orang keras kepala, gampang emosi, cenderung menyebalkan, selalu menutupi kesalahannya, sulit diajak ngobrol enak, sangat sensitif dan defensif.
Dia selalu terpojok sejak kecil. sayangnya, sifatnya yang pelit dan agak bosoh membuatnya kurang pergaulan. Mungkin juga sih dia kuper karena trauma jadi a loser dan bulan-bulan terus dalam lingkungannya.
Si B kini jadi orang yang keras kepala, tidak mudah menyerah, tegar, pendiam, ingin menang sendiri, dan sangat individual.
Masa kecilnya yang payah membuatnya jauh dari pergaulan. Positifnya, dia berusaha menggali potensi diri. Sayangnya kadang nilai lebih yang dia miliki itu menjadikannya tinggi hati dan jadi bikin orang sekitarnya alergi sama dia. Bales dendam kali, dulu dilecehin sekarang ganti meremehkan. Hehe..
Si C ternyata menjadi orang keras kepala (bila merasa benar), punya toleransi tinggi, berusaha memandang sesuatu secara obyektif, percaya diri, dan punya kemauan besar untuk berkembang.
Masa kecilnya yang sulit, namun lingkungannya yang sangat dinamis, membuatnya bertemu banyak orang dari berbagai karakter. Justru dengan latar belakang diri yang sangat variatif itu, dia jadi lebih bisa nempatin diri setiap kali memasuki lingkungan yang berbeda.
Unik kan? Mereka jadi berbeda. Mungkin ada satu kesamaan mencolok, mereka yang punya masa lalu keras, gedenya jadi keras kepala. Dari a loser, mereka ingin jadi a winner, dengan jalan berbeda.
Sebenarnya ada juga sih si D, E, Ferre, dsb yang punya sifat dewasa tetap sebagai a loser, bahkan mungkin lebih parah. Tapi 3 tadi aja udah cukup.

Wait! I�m not a psychologist, okay?
Tapi gue senang mengamati karakter orang. Kadang membantu juga sih, apalagi kalo emang HARUS menghadapi orang-orang yang pastinya beda karakter.
Satu yang gue suka (lagi), ternyata manusia memang unik!

Sungguh ciptaan Allah sangat sempurna lahir batin. Maha Kuasa Allah yang menciptakan langit dan bumi dengan segala isinya.

Marhaban Ya Ramadhan. Selamat menunaikan ibadah puasa.

Comments

Popular posts from this blog

My Friends, My Dreams. Novel dan TV Series. (Review, bagian satu)

Udah lama banget gue pengen nge-review Serial TV berjudul My Friends, My Dreams ini. Novelnya juga sih. Tapi gak sempet-sempet. Oke, mungkin tulisan ini bukan jenis review, ya seenggaknya, serupa review. :p Novel My Friends, My Dreams. Karya : Ken Terate adalah novel –para pemenang sayembara TeenLit Writer- yang pertama gue beli. Gue suka banget novel ini, karena SANGAT BERBEDA dengan novel TeenLit lainnya. Thumb up buat kejelian penulisnya. As we all know, novel bergenre remaja, tentu aja, mengetengahkan kehidupan remaja (hehe, infonya gak penting banget!). Banjirnya sinetron remaja yang sangat gak mutu seperti sekarang, membuat kehidupan remaja sekarang kayaknya cuma berkisar pada kejadian konflik dengan teman, rebutan pacar, cinta gelo, sampe remaja pelaku krimimil. Hellloooooow! Zaman gue sekolah dulu, emang sih rame ikut tawuran, atau digencet kakak kelas, tapi kayakna gak semonoton gitu deh. Masa remaja adalah masa yang paling indah, dan kehidupan sekolah itu menyenangkan. Setuj

My Friends, My Dreams. Novel dan TV Series. (Review, bagian dua)

Sampe suatu ketika, gue kebetulan lagi nonton Kiamat Sudah Dekat (KSD). Pas lagi iklan, ganti chanel, ternyata Serial TV itu muncul di TV7. Sejak itu, gue gak pernah absen nonton (ganti-gantian sama KSD). Gue sampe bela-belain pulang cepet buat bisa nongkrongin TV, apalagi sekarang jam tayangnya dimajuin jadi jam 20. Untung aja tayangnya hari Jumat. Pas mo wiken banget tuh! Gak nyangka, Serial TV-nya (plis deh, ini bukan “sinetron”. Oke?) malah lebih bagus dari yang waktu gue bayangin visual isi novelnya. Aktingnya alami banget. Tiap kejadian selalu bisa membuat gue ikut senyum, hanyut dalam emosi yang wajar, dan yang paling gue suka : ada nilai positifnya, dan itu sangat dominan. Two Thumbs Up!!!! Yang paling gue suka (lagi) adalah bagian di mana Mading Sekolah dikembangkan menjadi TV Sekolah! Semoga aja ini bisa jadi inspirasi buat para remaja yang senang beraktivitas dan ingin memajukan sekolahnya. Gue liat tiap episode, iklannya semakin bertambah dan bahkan jam tayangnya dimajuin

Fear Factor versi Indonesia (#1- Tantangan yang gak kacangan)

Nonton Fear Factor Versi Indonesia kemarin, ada dua hal yang ingin gua komentari, dan itu akan gua bagi dalam 2 tulisan. Yang pertama, bahwa reality show tentang memerangi rasa takut ini memang sangat menarik -kalo gak bisa dibilang keyen- Di luar kenyataan bahwa sampe sekarang persertanya masih didominasi orang-orang yang katanya-lumayan-beken-dan-tampang-kayak-maksa -musti-cakep itu (biasa deh, stereotip dunia hiburan, orang Indonesia kayak malu ama tampang asli bangsa sendiri), tantangan yang harus dihadapi peserta memang cukup berhasil "mbikin-takut-n-jijik". Sesuai temanya, yaitu faktor yang menakutkan, tantangan tersebut gak semata berupa tantangan fisik yang memerlukan otot kawat-tulang besi. Hal ini yang paling menarik, mengingat gak semua orang sekuat Gatotkaca, tapi belum tentu seorang Superman berani tidur dalam kotak kecil bareng sekumpulan tarantula berbisa. Ohya, ada dua hal yang paling gua suka dalam menghadapi tantangan : yang menguji nyali, dan mengadu kecer