Skip to main content

(Mendapat) Sebuah Jawaban

Minggu belakangan ini hari-hari gue padet dan bikin gue rada tepar. Kemaren pagi abis subuhan gue sampe tidur lagi sebentar...

Lalu rasanya gue bermimpi.

Ya ampyun, belum pernah gue mendapat mimpi kayak gitu!
Ups! Jangan mikir yang enggak-nggak dulu, mimpi gue ngga se-biasa bunga tidur gitu. Hiks, rasanya nyataaaa banget!

Dalam mimpi itu gue berhadapan dengan someone yang anehnya kayak gue kenal, padahal sumpah gue nggak kenal!
Yang aneh lagi, topik pembicaraan kita (sebenernya lebih tepat disebut topik yang dia omongin, karena saat itu gue dieeeeem aja, saking binunnya) adalah mengenai apa yang selama ini gue pikirkan dengan kecemasan. Saat itu gue kayaknya cuma menatap dia, dan dia berbicara. Panjang lebar. Menjelaskan. Menenangkan. Melegakan. Sekelumit pertanyaan yang berkelebat di pikiran gue langsung dijawab lugas sama dia. Kayak main telepati-telepatian gitu!

Sekarang gue jadi bisa ngerasin ilustrasi pesawat telepati milik Kapten Zona ke Kopral Ari (dalam novel2 mbak Dewie). Seneng juga yah, kalo bener ada sih orang bisa baca pikiran kita yang kita aja bingung mau ngeluarinnya/bertanya gimana, trus dia jadi bisa langsung menjawab dengan panjang lebar dan memuaskan. Whahahha... Asal jangan nyadap pikiran berbau private and conditional ajah! Wekekeke...

Back to kisah yang gue alami kemarin pagi itu.
Itu pasti sebuah mimpi, karena gue ngga mendapatkan ilustrasi lain selain tembok dan jendela kamar gue saat gue membuka mata.
Tapi rasanya nyata banget, seperti sebuah bayangan masa depan. Ah, tapi nggak gitu juga sih. Sebuah kejadian dari masa lalu? Lebih ngga lagi. *gubrak*
Ini seperti pengalaman rohani, karena begitu menenangkan hati. Tapi nggak persis pengalaman "rohani" juga sih, karena ini bukan masalah cabut nyawa ato semacam itu. *kebanyakan nonton Hidayah*
Ini seperti... lagu Padi. Menanti Sebuah Jawaban. Dan kemarin gue udah "mendapatkan" yang gue nantikan.

Aha! Ya! Apa yang gue alami kemarin pagi itu seperti sebuah jawaban atas pertanyaan yang akhir-akhir ini berputar-putar di kepala gue. :)

Whatever-lah. The fact is ini adalah penggalan sejarah hidup gue. Kayaknya dalam waktu dekat gue belum kepingin cerita lebih detil kepada siapapun. Tapi gue ingin selalu mengingatnya, jadi gue tulis di blog ini :) Bukankah itu gunanya blog?

Terima kasih ya Allah. Semoga petunjuk itu bisa menjadi penerang bagi perjalanan hidupku. Amin.

Comments

Popular posts from this blog

My Friends, My Dreams. Novel dan TV Series. (Review, bagian satu)

Udah lama banget gue pengen nge-review Serial TV berjudul My Friends, My Dreams ini. Novelnya juga sih. Tapi gak sempet-sempet. Oke, mungkin tulisan ini bukan jenis review, ya seenggaknya, serupa review. :p Novel My Friends, My Dreams. Karya : Ken Terate adalah novel –para pemenang sayembara TeenLit Writer- yang pertama gue beli. Gue suka banget novel ini, karena SANGAT BERBEDA dengan novel TeenLit lainnya. Thumb up buat kejelian penulisnya. As we all know, novel bergenre remaja, tentu aja, mengetengahkan kehidupan remaja (hehe, infonya gak penting banget!). Banjirnya sinetron remaja yang sangat gak mutu seperti sekarang, membuat kehidupan remaja sekarang kayaknya cuma berkisar pada kejadian konflik dengan teman, rebutan pacar, cinta gelo, sampe remaja pelaku krimimil. Hellloooooow! Zaman gue sekolah dulu, emang sih rame ikut tawuran, atau digencet kakak kelas, tapi kayakna gak semonoton gitu deh. Masa remaja adalah masa yang paling indah, dan kehidupan sekolah itu menyenangkan. Setuj

My Friends, My Dreams. Novel dan TV Series. (Review, bagian dua)

Sampe suatu ketika, gue kebetulan lagi nonton Kiamat Sudah Dekat (KSD). Pas lagi iklan, ganti chanel, ternyata Serial TV itu muncul di TV7. Sejak itu, gue gak pernah absen nonton (ganti-gantian sama KSD). Gue sampe bela-belain pulang cepet buat bisa nongkrongin TV, apalagi sekarang jam tayangnya dimajuin jadi jam 20. Untung aja tayangnya hari Jumat. Pas mo wiken banget tuh! Gak nyangka, Serial TV-nya (plis deh, ini bukan “sinetron”. Oke?) malah lebih bagus dari yang waktu gue bayangin visual isi novelnya. Aktingnya alami banget. Tiap kejadian selalu bisa membuat gue ikut senyum, hanyut dalam emosi yang wajar, dan yang paling gue suka : ada nilai positifnya, dan itu sangat dominan. Two Thumbs Up!!!! Yang paling gue suka (lagi) adalah bagian di mana Mading Sekolah dikembangkan menjadi TV Sekolah! Semoga aja ini bisa jadi inspirasi buat para remaja yang senang beraktivitas dan ingin memajukan sekolahnya. Gue liat tiap episode, iklannya semakin bertambah dan bahkan jam tayangnya dimajuin

Fear Factor versi Indonesia (#1- Tantangan yang gak kacangan)

Nonton Fear Factor Versi Indonesia kemarin, ada dua hal yang ingin gua komentari, dan itu akan gua bagi dalam 2 tulisan. Yang pertama, bahwa reality show tentang memerangi rasa takut ini memang sangat menarik -kalo gak bisa dibilang keyen- Di luar kenyataan bahwa sampe sekarang persertanya masih didominasi orang-orang yang katanya-lumayan-beken-dan-tampang-kayak-maksa -musti-cakep itu (biasa deh, stereotip dunia hiburan, orang Indonesia kayak malu ama tampang asli bangsa sendiri), tantangan yang harus dihadapi peserta memang cukup berhasil "mbikin-takut-n-jijik". Sesuai temanya, yaitu faktor yang menakutkan, tantangan tersebut gak semata berupa tantangan fisik yang memerlukan otot kawat-tulang besi. Hal ini yang paling menarik, mengingat gak semua orang sekuat Gatotkaca, tapi belum tentu seorang Superman berani tidur dalam kotak kecil bareng sekumpulan tarantula berbisa. Ohya, ada dua hal yang paling gua suka dalam menghadapi tantangan : yang menguji nyali, dan mengadu kecer