Skip to main content

walking learn


Minggu lalu uda gue yang ganteng (;p) dateng, of course, with his daughter named Annisa. Her nick name is Anca.
Loud sweet, huh? Anca ini asalnya dari Annisa itu, tapi juga diambil dari bahasa Minang, 'rancak', 'ancak', yang artinya kira" beautiful. Hmmm? so nice.

We love Anca so much!
Jelas aja, selain karna dia ponakan (& cucu mama) yang baru satu"nya, dia sangat amat cantik sekaleee?
Nggemesin buanged gitu loh!
Anca adalah bayi jelita bergigi lima dengan wajah bulat lucu, belahan dagu, dan senyum yang bisa membuat hati ini runtuh untuk menciuminya?
(hiks? so' puitis amat gue)
Hobinya bermain, lompat", tertawa, lomba merangkak, menyanyi (!), dan menari (!)
Kenapa pake tanda seru?
Aku belum bilang? Dia baru berumur (hampir) setahun!
Well, ngomong aja belum bisa, tapi kalo nyanyi paling demen!
Mungkin kalo diputerin tiap ari, dia apal tuh lagu"nya peterpan.

Oh, look�?� sebenarnya yang mo gue ceritain adalah bahwa hari ini gue mengajari dia berjalan
Ya! dan sepertinya itu tindakan yang agak salah, karena dia : B.E.R.A.T BO!!!
Busyet! Gue pegang kedua keteknya itu buat nahan berdirinya yang masih goyah, eh dianya kedemenan!Lari sana (bukannya jalan!) lari sini!
Naek tangga pula! Turunnya langsung minta naek lagi!
Busyet! Gue yang keringetan jadinya? hiks?
PEGEEEEEELLLL!!

Setengah jam kemudian, pas dia lagi nyusu, gue nyusup ke bedroom nyokap
Baru rasa kalo tangan gue nyaris gak kuat ngangkat bantal lagi
Hiks, Anca udah bikin gue yang gak bisa bubu ciang, tidur dengan sukses!!!
(>.<) Tapi senang sekaleee, karena dia sangat aktip dan kreatip, membuat tantenya ini terpesona dan lupa kalo udah lama kaga ke gym, Selama satu jam kita maen "naek turun tangga" gitu, akhernya dia pegel juga kaleee, minta duduk aja. Belum sampe di situ, karena dia bikin kita geleng" pala lagi. Anca ngeliatin kita semua dengan wajah heran, bibir manyun seksi (;p) kaki sebelah diangkat? Kemudian? Dia ngetawain gue!! Dasar bayi!!! I love you, Anca, my sweet niece.

Comments

Popular posts from this blog

My Friends, My Dreams. Novel dan TV Series. (Review, bagian satu)

Udah lama banget gue pengen nge-review Serial TV berjudul My Friends, My Dreams ini. Novelnya juga sih. Tapi gak sempet-sempet. Oke, mungkin tulisan ini bukan jenis review, ya seenggaknya, serupa review. :p Novel My Friends, My Dreams. Karya : Ken Terate adalah novel –para pemenang sayembara TeenLit Writer- yang pertama gue beli. Gue suka banget novel ini, karena SANGAT BERBEDA dengan novel TeenLit lainnya. Thumb up buat kejelian penulisnya. As we all know, novel bergenre remaja, tentu aja, mengetengahkan kehidupan remaja (hehe, infonya gak penting banget!). Banjirnya sinetron remaja yang sangat gak mutu seperti sekarang, membuat kehidupan remaja sekarang kayaknya cuma berkisar pada kejadian konflik dengan teman, rebutan pacar, cinta gelo, sampe remaja pelaku krimimil. Hellloooooow! Zaman gue sekolah dulu, emang sih rame ikut tawuran, atau digencet kakak kelas, tapi kayakna gak semonoton gitu deh. Masa remaja adalah masa yang paling indah, dan kehidupan sekolah itu menyenangkan. Setuj

My Friends, My Dreams. Novel dan TV Series. (Review, bagian dua)

Sampe suatu ketika, gue kebetulan lagi nonton Kiamat Sudah Dekat (KSD). Pas lagi iklan, ganti chanel, ternyata Serial TV itu muncul di TV7. Sejak itu, gue gak pernah absen nonton (ganti-gantian sama KSD). Gue sampe bela-belain pulang cepet buat bisa nongkrongin TV, apalagi sekarang jam tayangnya dimajuin jadi jam 20. Untung aja tayangnya hari Jumat. Pas mo wiken banget tuh! Gak nyangka, Serial TV-nya (plis deh, ini bukan “sinetron”. Oke?) malah lebih bagus dari yang waktu gue bayangin visual isi novelnya. Aktingnya alami banget. Tiap kejadian selalu bisa membuat gue ikut senyum, hanyut dalam emosi yang wajar, dan yang paling gue suka : ada nilai positifnya, dan itu sangat dominan. Two Thumbs Up!!!! Yang paling gue suka (lagi) adalah bagian di mana Mading Sekolah dikembangkan menjadi TV Sekolah! Semoga aja ini bisa jadi inspirasi buat para remaja yang senang beraktivitas dan ingin memajukan sekolahnya. Gue liat tiap episode, iklannya semakin bertambah dan bahkan jam tayangnya dimajuin

Fear Factor versi Indonesia (#1- Tantangan yang gak kacangan)

Nonton Fear Factor Versi Indonesia kemarin, ada dua hal yang ingin gua komentari, dan itu akan gua bagi dalam 2 tulisan. Yang pertama, bahwa reality show tentang memerangi rasa takut ini memang sangat menarik -kalo gak bisa dibilang keyen- Di luar kenyataan bahwa sampe sekarang persertanya masih didominasi orang-orang yang katanya-lumayan-beken-dan-tampang-kayak-maksa -musti-cakep itu (biasa deh, stereotip dunia hiburan, orang Indonesia kayak malu ama tampang asli bangsa sendiri), tantangan yang harus dihadapi peserta memang cukup berhasil "mbikin-takut-n-jijik". Sesuai temanya, yaitu faktor yang menakutkan, tantangan tersebut gak semata berupa tantangan fisik yang memerlukan otot kawat-tulang besi. Hal ini yang paling menarik, mengingat gak semua orang sekuat Gatotkaca, tapi belum tentu seorang Superman berani tidur dalam kotak kecil bareng sekumpulan tarantula berbisa. Ohya, ada dua hal yang paling gua suka dalam menghadapi tantangan : yang menguji nyali, dan mengadu kecer