Skip to main content

Pindah yoooo!!

Setelah ditunda cukup lama, mungkin hampir 4 tahun, akhirnya kepindahan kantor gw benar-benar berproses. Bukan cuma isu atau tiup-tiupan angin belaka. Ini nyata.

Hehe.. Kalimatnya infotaintment abis. Soalnya dari dulu kami memang sudah tahu bahwa kantor kami harus pindah. Gak usah diceritakan kenapanya lah, rada menyayat untuk disebut. Hihi..

Menurut surat resmi yang ditandatangani Kepala Kantor gw, proses kepindahan kami dimulai tanggal 17 November 2014 sampai dengan akhir Desember 2014. Intinya, tahun 2015 mendatang kami sudah ngantor di gedung baru, eh sebenarnya gedung lama sih, hiks. Maksudnya tadi tempat baru-lah..

Pindah rumah/kantor adalah proses berbeda, juga pengalaman berbeda
Waktu kecil dulu gw sempat 4x ikut ortu pindah rumah. Di dalamnya termasuk 3x pindah kota. Pindah pertama kali dari Semarang ke Kediri. Waktu itu masih kecil banget, kayaknya masih tujuh atau delapan tahun. Gak terlalu inget sama urusan kepindahan itu. Yang gw inget cuma, hari di mana kami sekeluarga nungguin jemputan ke bandara, dan kakak perempuan gw yang kurang kerjaan iseng ngegambar titik di sekitar muka gw. Bener-bener titik doang, tapi dia nitikinnya berulang kali dan di tempat yang sama. Jadilah titik itu membesar, bulat, hitam, dan dengan bangga dia memberi judul mahakaryanya sebagai "andeng-andeng".

Btw gw ga ngerti juga apakah mahakaryanya itu disertai doa, jampi-jampi atau air kobokan dimuncratin, yang jelas waktu gw meronta ingin menghapus andeng-andeng itu dari wajah gw, tepatnya di atas bibir gw, dia berusaha mencegah dengan bilang, "Jangan. Itu cakep banget. Kamu jadi punya tahi lalat sekarang!"

Omongan  kakak gw sungguh mustajab! Sejak itu gw tiba-tiba punya tahi lalat yang terus tumbuh. Di atas bibir sebelah kiri.
Oke. Pindahan kali kedua, dari Kediri ke Jakarta. Ini gw rada-rada ingat, karena gw udah cukup gede untuk dipercaya sama Nyokap bantuin mengemas piring-piring antik bin cantiknya satu per satu dibungkus beberapa lembar koran, masukin ke kardus besar, siap untuk dikirim dengan truk yang lebih besar lagi ke Jakarta melalui perjalanan darat. Orang-orangnya sendiri sih nyusul belakangan naik pesawat. Lalu saat tiba di Jakarta duluan dari barangnya, kami menyadari bahwa rumah dinas baru itu ternyata lebih kecil dari yang sebelumnya. Sehingga proses penurunan barang-barang dari atas truk raksasa ke dalam rumah kurang termonitor dengan baik. Sampai hari ini Nyokap masih inget bahwa ada satu kardus berisi peralatan makan yang masih baru banget waktu itu, ternyata tidak ada di rumah. Kayaknya gak pernah diturunin dari dalam truk. Hufh..

Pindahan ketiga, cuma dari Jakarta Barat ke Jakarta Selatan. Hehe..
Eh sebenarnya sih di Jakarta Barat itu kami pindah juga 2x. Jadi ceritanya rumah dinas yang akan jadi tempat tinggal kami itu letaknya di belakang (masih satu komplek dengan rumah yang tadi gw sebut di atas), hanya saja saat kami tiba rumah itu masih dalam proses renovasi. Jadi setelah dua bulan di rumah depan, kami pun pindahan ke rumah di belakang, yang ukurannya masih lebih luas dari rumah depan, sehingga barang-barang lama kami pun bisa muat dengan baik di sana.
Kami tinggal di Jakarta Barat, tepatnya di komplek yang persis tetanggaan dengan Slipi Jaya Plaza selama kurang lebih 4 tahun.
Btw Slipi Jaya ini saat itu merupakan tempat nongkrong yang hits banget pada tahun 1990-an. Gw betah deh tinggal di sana. :)
Berhubung bokap akhirnya pensiun, kami pun harus pindah ke rumah sendiri. Mungkin kapan-kapan akan gw ceritakan juga gimana proses kami bolak balik cari rumah untuk tinggal. Seru! Proses pindah juga gak kalah seru. Kami mencicil barang-barang 'kecil' seperti buku-buku, suvenir, beberapa lukisan kristik bikinan mama sewaktu aktif di Dharma Wanita kantor bokap, hingga perintilan macam batu kali bagus yang kami temukan dari mana saja. Haha.. Sampai ada momen Mama dan Ajo (abang) gw berdua bolak balik dari Slipi ke Bintaro pakai Honda Accord dan sewaktu gw pengin ikutan, ternyata gak bisa karena jok belakang hingga bagasi dah penuh banget sama perintilan imut yang lama-lama jadi bukit. :D

Hingga saat ini gw belum pernah lagi pindah rumah.
Hmm.. maksudnya sih, ortu gw yang belum. Karena kakak-kakak gw setelah menikah, semuanya tinggal di rumah masing-masing, dan gw sendiri waktu kuliah pernah ngekos --kalau itu bisa dibilang pindah rumah, hehe..

Nah, balik ke kisah pindahan yang jadi inspirasi gw buat nulis di blog ini. Berhubung kantor gw termasuk sebuah instansi yang gede, pegawainya aja hampir 400 orang, dan berkas-berkas yang ditangani mencapai ratusan ribu (bagian gw aja udah belasan ribu!), maka kepindahan kami memang harus dilakukan secara bertahap. Dan, sebagai penyumbang terbesar berkas-berkas di kantor, maka yang kebagian pindah tahap pertama adalah... bagian gw. Haha..

Pindah kantor. Pindah gedung doang sih, "job"nya tetep
Sudah seminggu berlalu, gudang penyimpanan berkas di bagian gw masih belum kosong juga. Padahal manusianya eh para pegawainya kudu pindah pada minggu ini. Selain pusing karena mikirin keadaan kantor baru tapi (gedung) lama yang bener-bener jadul --atapnya aja rendah banget, hiks, gw juga pusing karena jadinya gak ada kerjaan. Lha gimana mau kerja, semua berkas udah masuk kardus. Harus, karena sewaktu-waktu dalam dua hari ini akan dikirim ke tempat baru. Mau kerja bikin konsep surat atau kreasiin bikin konsep laporan apa gitu, suasana ruang kerja yang penuh kardus gini benar-benar gak membuka pikiran. Saking nganggurnya (dan itu jarang banget terjadi sejak gw ditempatin di sini, Februari tahun ini, haha), gw sampe bisa browsing macem-macem; tiket pesawat lah, link beasiswa lah, hingga blogwalking. Hihi... dah lama banget gak bisa internetan sampai berjam-jam gini. :p

Berhubung gw orangnya lebih banyak aktif daripada pasif, kegiatan di atas, terutama blogwalking, bikin gw jadi inget punya blog sendiri yang gak keurusan. Jadi deh, terinspirasi dari nganggur alias urusan pindahan ini gw jadi nulis blog lagi. Hihi..

Tapi kok yang lebih banyak diceritain malah soal pindah rumah ya? :p
Habisnya tumpukan kardus di sini bener-bener memusingkan. Jadi, daripada cerita soal kegiatan vendor pindah, prosesnya, mendingan lihat foto-foto berikut ini, tralala..
area di luar ruangan, entah mana yang gudang mana yang area publik

pegawai dari vendor pindahan sedang bekerja. Semangat mang!!

Ini baru gudang beneran. Udah banyak pegawai dari bagian lain yang pake acara meninjau segala. Proses pindah kantor ini memang agak sentimetil kayaknya.
Gimana coba bisa kerja dengan kondisi kayak gitu?
Walaupun barusan dapat kabar, ternyata pegawai di bagian gw pindahnya bukan besok, yang artinya nganggurnya bisa lebih lama lagi -huh or hore?- gw kasian sama tim gw kalo minta bongkar lagi kardus  yang udah dipak supaya gw bisa kerja rutin. Jadi deh mendingan nulis blog, eh maksudnya gw cari kerjaan lain aja deh, hihi...

Rak di samping meja gw yang biasanya penuh berkas, sekarang bersih kayak abis disapu kolor ijo dibersihin sama kelining serpis*. 
Oke. Sekian dulu tulisannya. Bagi yang pengin tahu kelining serpis itu apa, coba lebih santai dikit ah mikirnya, hehe..

Yuk yuuukk.. Kerja lagi yuuuukk...

Comments

Popular posts from this blog

My Friends, My Dreams. Novel dan TV Series. (Review, bagian satu)

Udah lama banget gue pengen nge-review Serial TV berjudul My Friends, My Dreams ini. Novelnya juga sih. Tapi gak sempet-sempet. Oke, mungkin tulisan ini bukan jenis review, ya seenggaknya, serupa review. :p Novel My Friends, My Dreams. Karya : Ken Terate adalah novel –para pemenang sayembara TeenLit Writer- yang pertama gue beli. Gue suka banget novel ini, karena SANGAT BERBEDA dengan novel TeenLit lainnya. Thumb up buat kejelian penulisnya. As we all know, novel bergenre remaja, tentu aja, mengetengahkan kehidupan remaja (hehe, infonya gak penting banget!). Banjirnya sinetron remaja yang sangat gak mutu seperti sekarang, membuat kehidupan remaja sekarang kayaknya cuma berkisar pada kejadian konflik dengan teman, rebutan pacar, cinta gelo, sampe remaja pelaku krimimil. Hellloooooow! Zaman gue sekolah dulu, emang sih rame ikut tawuran, atau digencet kakak kelas, tapi kayakna gak semonoton gitu deh. Masa remaja adalah masa yang paling indah, dan kehidupan sekolah itu menyenangkan. Setuj

My Friends, My Dreams. Novel dan TV Series. (Review, bagian dua)

Sampe suatu ketika, gue kebetulan lagi nonton Kiamat Sudah Dekat (KSD). Pas lagi iklan, ganti chanel, ternyata Serial TV itu muncul di TV7. Sejak itu, gue gak pernah absen nonton (ganti-gantian sama KSD). Gue sampe bela-belain pulang cepet buat bisa nongkrongin TV, apalagi sekarang jam tayangnya dimajuin jadi jam 20. Untung aja tayangnya hari Jumat. Pas mo wiken banget tuh! Gak nyangka, Serial TV-nya (plis deh, ini bukan “sinetron”. Oke?) malah lebih bagus dari yang waktu gue bayangin visual isi novelnya. Aktingnya alami banget. Tiap kejadian selalu bisa membuat gue ikut senyum, hanyut dalam emosi yang wajar, dan yang paling gue suka : ada nilai positifnya, dan itu sangat dominan. Two Thumbs Up!!!! Yang paling gue suka (lagi) adalah bagian di mana Mading Sekolah dikembangkan menjadi TV Sekolah! Semoga aja ini bisa jadi inspirasi buat para remaja yang senang beraktivitas dan ingin memajukan sekolahnya. Gue liat tiap episode, iklannya semakin bertambah dan bahkan jam tayangnya dimajuin

Fear Factor versi Indonesia (#1- Tantangan yang gak kacangan)

Nonton Fear Factor Versi Indonesia kemarin, ada dua hal yang ingin gua komentari, dan itu akan gua bagi dalam 2 tulisan. Yang pertama, bahwa reality show tentang memerangi rasa takut ini memang sangat menarik -kalo gak bisa dibilang keyen- Di luar kenyataan bahwa sampe sekarang persertanya masih didominasi orang-orang yang katanya-lumayan-beken-dan-tampang-kayak-maksa -musti-cakep itu (biasa deh, stereotip dunia hiburan, orang Indonesia kayak malu ama tampang asli bangsa sendiri), tantangan yang harus dihadapi peserta memang cukup berhasil "mbikin-takut-n-jijik". Sesuai temanya, yaitu faktor yang menakutkan, tantangan tersebut gak semata berupa tantangan fisik yang memerlukan otot kawat-tulang besi. Hal ini yang paling menarik, mengingat gak semua orang sekuat Gatotkaca, tapi belum tentu seorang Superman berani tidur dalam kotak kecil bareng sekumpulan tarantula berbisa. Ohya, ada dua hal yang paling gua suka dalam menghadapi tantangan : yang menguji nyali, dan mengadu kecer