Skip to main content

I'm Muslimah. Alhamdulillah.

Assalamu'alaikum wr. wb.

(Waalaikumussalaam wr. wb <-- dijawab dalam hati)

Hahay... Ini mau posting di blog apa mau kasih ceramah pengajian nih, si Hannie pake kasih salam segala? 

Mungkin ada pembaca blog saya yang akan bilang seperti itu. Atau sebenernya gak ada, biasa aja, cuma saya aja yang ge-er atau juga sok bisa ngelawak, padahal lawakan saya tuh kan suka garing kayak kerupuk kurang dijemur. Heu..

Sesuai judul, posting kali ini adalah tentang bahwa saya seorang muslim(ah). Ha? Mualaf ye? Lagi-lagi pertanyaan iseng, sambit neeehh, hihihi..

Gak, alhamdulillah, saya bukan mualaf. Saya dilahirkan dalam keadaan yang fitrah. Saat saya baru beberapa detik/ menit eksis dunia, Papa saya langsung membisikkan adzan dan iqamah di kedua telinga saya, alhamdulillah dan hingga hari ini saya masih memeluk Islam. Bukan cuma Islam KTP yah, hehehee..

Lebih dari 2 dasawarsa menjadi orang Islam (aheyy, ketauan deh umurnya, wkwkw), sebagai perempuan, saya tau bahwa saya punya kewajiban menutup aurat.

eh, tunggu dulu. "Aurat" itu apa sih?

Aurat menurut mas Wiki :
Aurat (Arabعورة, transliterasi: Awrat) adalah bagian dari tubuh manusia yang diharamkan untuk dilihat dan dipegang. Dalam islam, aurat bagi wanita adalah seluruh tubuhnya, kecuali kedua telapak tangan dan muka (Surah An Nuur 31 dan Al Ahzab 59), sedangkan untuk pria adalah bagian pusar(perut) ke bawah hingga lutut.
nah, cukup jelas kan sekarang ;)

Jadi Hannie udah nutup aurat dong?
Iseng lagi! Eh gak deng, nanya serius ya? Hehhehee..
Iyee, cengengesan mulu sih. Orang nanya serius tau.
Ooohh.. Em.. Iya dong, alhamdulillah saya sekarang udah pake hijab. Nih, liat! Tambah cantik kan?
*bola mata berputar* *buka kedua telapak tangan* :nohope

Ehmm.. nutup aurat alias berhijab ternyata gak menjadikan penyakit narsis bisa terkikis ya *ikutan tepok jidat* Ya begitulah. Makanya, dipikir-pikir agak jauh lagi, saya kurang setuju tuh kalo ada perempuan yang saat diingetin kewajibannya untuk nutup aurat, perempuan itu langsung ngeles dengan kalimat, "Halah.. yang penting kan hijabin hati dulu, baru auratnya."
Woo.. Kebalik atuh girls, yang bener tuh tutupin dulu luarnya, nanti yang di dalam akan ngikutin ^_^V *ceritanya sharing pengalaman*

My First-Hijab Look

kali pertama
Foto ini diambil waktu hari pertama saya pakai hijab. Sampe kantor langsung ke kantin, trus pada heboh liat saya pake hijab, hehehe *L3b4y dW3h..


Saya resmi berhijab hari Jumat, tanggal 18 Maret 2011. Jadi sebetulnya udah lebih dari setahun yah. :) Mmm.. Rada nyesel juga sih..
LHO KOK NYESEL???
Iya, nyesel.. Kenapa gak dari dulu, huhuhu..
Halah... 

Mengenai apa yang mendasari saya pakai hijab, di postingan lain akan saya ceritakan (jangan sekarang, soalnya ceritanya panjang, hehehee). Yang jelas saya pakai hijab bukan karena abis sakit, patah hati, abis celaka (duh, amit-amit), lupakan semua alasan dahsyat itu, anda yang berpikiran begitu pasti kebanyakan nonton sinetron.

Lalu apa yang saya rasakan setelah berhijab?
Luar biasa!
Hijab yang menutup aurat saya sama sekali tidak membuat saya terkekang (iya, saya akui saya sempat mengkhawatirkan ini, khawatir saya tidak lagi bebas "bergerak"). Nyatanya, hijab membuat saya merasa merdeka. Hijab membuat saya merasa sempurna sebagai muslimah.

Waktu kuliah saya sering traveling, tapi hanya sebatas di kawasan Sumatra Barat. Balik ke Jakarta, saya masih suka main ke mall dengan celana pendek selutut + kaos simpel kayak yukensi :p Saya sempat berpikir, itulah hidup yang menyenangkan: traveling kemana-mana dan tidak perlu memikirkan soal fashion. Tapi, itu dulu. Zaman jahiliyah.. Hahahaa.. L3b4y :p


this pose taken at a MRT station @Singapore.
Kali pertama saya traveling pake rok!
Biasanya dulu pake celana pendek doang, hahaha
Kurang dari sebulan setelah berhijab, saya berkesempatan untuk traveling ke luar negeri untuk kali pertama. Hingga hari ini, saya sudah mengoleksi cukup banyak stempel di paspor saya. Oh, tentu aja saya gak lagi pake celana pendek kemana-mana. Malah waktu di Singapura, saya sempat jalan-jalan pakai rok. Rok panjang, yang bahannya lemes n ngembang pula. Selembar pakaian yang dulu saya pasti gak bakal bawa buat traveling, karena cuma berat-beratin backpack/ koper aja, celana pendek kan lebih ringkes, pikir saya (duluuuu..)

Hei, ternyata pake hijab bikin saya lebih peduli pada fashion(!) ^_^v

Hijab juga bikin saya makin eling (apa ya bahasa Indonesianya? --> sok ngerti 'eling' padahal saya sendiri ga terlalu ngerti artinya selain 'ingat', hihihi... Pokoknya, 'ingat' di sini maksudnya secara tersirat, misalnya selalu ingat Allah SWT, hehehee..). Hijab telah melindungi aurat saya terutama dari pandangan lelaki iseng (hehehee serius bener), dan sekaligus hijab telah ikut menjaga hati dan pikiran saya. Kenyamanan hidup, yang saya yakin banyak wanita (diam-diam) menginginkannya. Perempuan mana sih yang gak risi dipandangin lekat-lekat sama lawan jenis, dari ujung rambut sampe ujung kaki, lalu zoom in-zoom out ke bagian-bagian tertentu dari tubuh kita? Uhuhuhh.. Pengen tempelin lakban gak sih ke mata tuh lelaki mata keranjanggg, hehehee.. Demikian juga hijab juga menghindarkan kita dari fitnah. Misalnya sesama wanita, yang dia bisa aja cemburu karena pangerannya nakal, suka curi-curi pandang ke (tubuh) kita, uhuyy! Gak lah yaaw! :) Hijab juga membuat saya pede saat berada di daerah yang sama sekali asing bagi saya, misalnya sewaktu sedang traveling, karena saya tidak memberi peluang untuk 'dilihat' oleh calon penjahat. Insya Allah.

Subhanallah, begitu banyak manfaat hijab, bisa dipahami kan kenapa saya rada nyesel gak pakai hijab sejak dulu? :)
Tapi sudahlah. Hidayah kan rahasia Allah SWT. Walau sebetulnya tahun 2001 saya sudah punya keinginan kuat untuk berhijab, buktinya saya baru benar-benar berhijab tahun 2011, alias sepuluh tahun kemudian. Tak jadi soal, karena saya lebih sibuk bersyukur bahwa setelah hidayah pertama saya abaikan, saya ternyata masih diberi kesempatan kedua, cahaya hidayah yang datang tahun 2011, yang langsung saya sambut dengan suka cita. Antusias banget. Saya sebulan penuh keluar masuk mall beli bermacam printilan kerudung dan beberapa gamis. Bokek deh, karena saya kan emang ga punya kerudung atau baju-baju panjang, hehehhe..


Jadi begitulah. Saya muslim sejak lahir. Tapi hijab membuat saya merasa dilahirkan kembali, insya Allah dalam keadaan fitrah juga. Hingga hari ini saya tak bisa berhenti mensyukuri hidayah yang Allah kasih. Sebagai manusia, saya memang tidak sempurna. Tapi sebagai muslimah, hijab membuat hidup saya terasa lebih sempurna.

Alhamdulillah.

Comments

Popular posts from this blog

My Friends, My Dreams. Novel dan TV Series. (Review, bagian satu)

Udah lama banget gue pengen nge-review Serial TV berjudul My Friends, My Dreams ini. Novelnya juga sih. Tapi gak sempet-sempet. Oke, mungkin tulisan ini bukan jenis review, ya seenggaknya, serupa review. :p Novel My Friends, My Dreams. Karya : Ken Terate adalah novel –para pemenang sayembara TeenLit Writer- yang pertama gue beli. Gue suka banget novel ini, karena SANGAT BERBEDA dengan novel TeenLit lainnya. Thumb up buat kejelian penulisnya. As we all know, novel bergenre remaja, tentu aja, mengetengahkan kehidupan remaja (hehe, infonya gak penting banget!). Banjirnya sinetron remaja yang sangat gak mutu seperti sekarang, membuat kehidupan remaja sekarang kayaknya cuma berkisar pada kejadian konflik dengan teman, rebutan pacar, cinta gelo, sampe remaja pelaku krimimil. Hellloooooow! Zaman gue sekolah dulu, emang sih rame ikut tawuran, atau digencet kakak kelas, tapi kayakna gak semonoton gitu deh. Masa remaja adalah masa yang paling indah, dan kehidupan sekolah itu menyenangkan. Setuj

My Friends, My Dreams. Novel dan TV Series. (Review, bagian dua)

Sampe suatu ketika, gue kebetulan lagi nonton Kiamat Sudah Dekat (KSD). Pas lagi iklan, ganti chanel, ternyata Serial TV itu muncul di TV7. Sejak itu, gue gak pernah absen nonton (ganti-gantian sama KSD). Gue sampe bela-belain pulang cepet buat bisa nongkrongin TV, apalagi sekarang jam tayangnya dimajuin jadi jam 20. Untung aja tayangnya hari Jumat. Pas mo wiken banget tuh! Gak nyangka, Serial TV-nya (plis deh, ini bukan “sinetron”. Oke?) malah lebih bagus dari yang waktu gue bayangin visual isi novelnya. Aktingnya alami banget. Tiap kejadian selalu bisa membuat gue ikut senyum, hanyut dalam emosi yang wajar, dan yang paling gue suka : ada nilai positifnya, dan itu sangat dominan. Two Thumbs Up!!!! Yang paling gue suka (lagi) adalah bagian di mana Mading Sekolah dikembangkan menjadi TV Sekolah! Semoga aja ini bisa jadi inspirasi buat para remaja yang senang beraktivitas dan ingin memajukan sekolahnya. Gue liat tiap episode, iklannya semakin bertambah dan bahkan jam tayangnya dimajuin

Fear Factor versi Indonesia (#1- Tantangan yang gak kacangan)

Nonton Fear Factor Versi Indonesia kemarin, ada dua hal yang ingin gua komentari, dan itu akan gua bagi dalam 2 tulisan. Yang pertama, bahwa reality show tentang memerangi rasa takut ini memang sangat menarik -kalo gak bisa dibilang keyen- Di luar kenyataan bahwa sampe sekarang persertanya masih didominasi orang-orang yang katanya-lumayan-beken-dan-tampang-kayak-maksa -musti-cakep itu (biasa deh, stereotip dunia hiburan, orang Indonesia kayak malu ama tampang asli bangsa sendiri), tantangan yang harus dihadapi peserta memang cukup berhasil "mbikin-takut-n-jijik". Sesuai temanya, yaitu faktor yang menakutkan, tantangan tersebut gak semata berupa tantangan fisik yang memerlukan otot kawat-tulang besi. Hal ini yang paling menarik, mengingat gak semua orang sekuat Gatotkaca, tapi belum tentu seorang Superman berani tidur dalam kotak kecil bareng sekumpulan tarantula berbisa. Ohya, ada dua hal yang paling gua suka dalam menghadapi tantangan : yang menguji nyali, dan mengadu kecer